Buat kami, menonton AADC bukan lagi soal ekspektasi menanti kejutan-kejutan di film.
Buat kami, AADC adalah legenda. Adalah ruang untuk bernostalgia. Adalah waktu untuk membuat jeda. Untuk menanti Cinta, juga Rangga. Apa kabarnya?
Buat kami, AADC adalah legenda. Adalah ruang untuk bernostalgia. Adalah waktu untuk membuat jeda. Untuk menanti Cinta, juga Rangga. Apa kabarnya?
Pertempuran Antara Ojek Online dan Asisten Virtual
Waktu itu 28 April 2016; pemutaran perdana AADC 2 di layar bioskop.
Aplikasi Gojek kemudian menjadi satu-satunya pilihan terbaik yang bisa saya dan si teman lakukan. Kami sadar, adalah mustahil untuk membeli tiket on the spot saat jam pulang kerja. Jadilah, tepat pukul 12.30, saat seharusnya seluruh bioskop baru mulai beroperasi, jemari saya lincah memainkan tuts di aplikasi andalan sejuta umat Jakarta.
Go mart – XXI Metropole – 4 seat – “Pilih Seat yang belakang ya Mas.” – Order.
Go mart – XXI Metropole – 4 seat – “Pilih Seat yang belakang ya Mas.” – Order.
Beberapa menit
kemudian, telepon dari abang Ojek. “Mbak, tiket AADC-nya habis sampai show
terakhir. Adanya Civil War, mau?”
Saya telan
ludah.
YHAAKALI BANG. MASIH JAM
12, SATU BIOSKOP SUDAH HABIS? SATU BIOSKOP KAN ADA BEBERAPA STUDIO. SATU STUDIO
JUGA ADA BEBERAPA KALI JAM TAYANG. YANG BENAR SAJA.
Tentu, itu kata
saya dalam hati.
Alhasil,
setelah cek jadwal via aplikasi CGV Blitz dan Cinema 21, kami coba peruntungan
lagi pesan Gojek. Semoga dengan pesan di Blitz yang notabene harganya lebih mahal, probabilitas
untuk dapat tiketnya lebih besar.
Betul saja,
si abang Gojek di pesanan yang berbeda telepon saya. “Kak, show jam 7 sudah
penuh semua. Adanya jam 7.30, tinggal dua seat, nomor 1 paling depan, paling
pojok kanan, Kak”.
Hening.
“Yaudah
Bang, ambil aja”, kata saya akhirnya.
Belakangan,
rasa penasaran saya akan hebatnya makhluk Jakarta pesan tiket pakai apa
akhirnya terjawab sudah. Rupanya mereka sama saja seperti kami. Menyerahkan nasib
pada abang-abang Gojek, dan jasa asisten virtual YesBoss. Bedanya, mereka
ternyata jauh lebih gercep. Pesan Gojek dari jam 11, pesan YesBoss dari kemarin
harinya. Jadilah bioskop sepenuhnya jadi pusat antrean mereka yang berjaket
hijau. Pertempuran antara ojek online yang masing-masing mewakili ribuan kepala
di Jakarta.
Charming in It’s Simplicity
Meski sangat
antusias untuk film ini, order dari
siang hari, dan mengiyakan untuk duduk di shaf terdepan, paling pojok pula;
saya datang tanpa ekspektasi. Pilihan terbaik yang pernah saya ambil hahaha. Hasilnya?
Saya bahagia sepanjang film!
AADC 2,
menyuguhkan sesuatu yang membuat kami tersenyum, tertawa, terharu, dan terus
begitu berulang-ulang di setiap partnya.
Cinta was
too beautiful! Too charming. Too cute!
Yaampun DIAN
SASTRO!
Geng Cinta
yang diwakili Milly, Karmen, dan Maura, saya jatuh cinta! Kalian lucu sekali. Apalagi
Milly. Guyonan yang renyah, berikut haru yang buncah. Pertemanan yang tulus
kalau kata Rangga.
Dan, sebagai
pelengkap dari semuanya adalah puisi-puisi indah dari Rangga. Lengkap dengan
pesona dan kharismatiknya.
YAAMPUN
NICHO!!
Pada setiap
scene-nya, saya merasakan sinematografi yang indah. Penyelipan produk sponsor
yang sangat-sangat natural. Cerita yang logis di setiap detailnya. Pun, penyampaian
pesan tersirat dari sang pembuat karya.
Scene Rangga
yang menyempatkan kembali ke rent car, adalah salah satu hal terdetail dalam
hal logika. Meski tanpa percakapan, saya menangkap pesan bahwa dia extend mobil sampai keesokan harinya. Mengingat
itu sudah dini hari, dan mereka masih akan melakukan perjalanan lainnya.
Begitu pula
scene saat Rangga bilang, “saya ikut Pemilu loh”. “Oh ya? Kamu pilih siapa?”.
Pertanyaan Cinta
dijawab dengan senyum oleh Rangga, sambil bilang “Sepertinya pilihan kita sama.
Gimana? Kecewa ngga?”, senyumnya lagi.
Eaaa. Selamat
mbak Mira Lesmana. Pesan Anda sampai!
HAHAHAHAHA.
All
in all, AADC 2 adalah sederhana yang mewah.
Charming,
in its simplicity.
--
Jadi, untuk
kamu yang mengharap drama berlebih, film ini bukan rekomendasi yang baik.
Untuk kamu
yang menanti kejutan dan cerita tak tertebak, beralihlah ke film lain. Bukan film
legenda yang sudah dinanti 14 tahun untuk berakhir tragis (lagi).
Untuk kamu
dengan tingkat imajinasi yang tinggi, Hollywood tetap jawabannya. Ada banyak
sekali tokoh imajiner disana. Mulai dari manusia yang bisa jadi laba-laba,
penghancur kota, sampai penebak kiamat.
:))))))
--
Anyway, saya
janji akan nonton untuk kedua kalinya.
Di posisi
tempat duduk yang jauh lebih layak, tanpa perlu dongak hampir 100 derajat ke
atas dan ke sebelah kiri. HAHAHAHA.
Last and least, terimakasih buat Miles Film. Karya kalian selalu ajaib. :)
0 comments:
Post a Comment
Please leave your comment here :