Ratna Sofia

Author

Bekerja Untuk?

Leave a Comment
Boleh cari uang.
Asal jangan sampai tumbang,
Apalagi habis waktu luang.


Saya pernah menuliskan kalimat di atas sebagai caption di salah satu post Instagram. Circle teman sepermainan saya yang isinya lebih banyak teman semasa kuliah, atau sesekali dengan teman masa SMA, rekan kerja, atau opentrip mate, membuat saya sedikit banyak menaruh perhatian untuk mereka. Saya ga lagi peres;  tapi saya sayang kalian kok. Untuk itu, tolong lah jangan kebanyakan minum kafein, begadang, atau lembur kerja terus ya. :)

Kalau kamu addict banget sama yang namanya kopi, cobalah ganti ke hot chocolate. Suka ke Starbucks? Beli ice chocolate-nya deh sesekali, enak kok! Kalau kamu tim Indomaret yang doyan beli cemilan dan minuman, cobain deh ganti Bearbrand atau susu ultra, segernya ga kalah luar biasa.

Tim Indomaret

Anak Kafe

Iya, saya masuk golongan anak kafe dan tim Indomaret yang selalu pesan cokelat atau susu kalau lagi nongkrong. Buat saya sih cool-cool aja minum susu, ah, hahaha.

Soal begadang, memang kadang timbul secara alamiah. Entah karena ngerjain tugas, atau sebuah sindrom bernama insomnia. Tapi belakangan, begadang lebih sering karena addict-nya kita pada sebuah benda bernama gadget. Main games sampai pagi, mencetin tombol likes/love/frowned di status teman, dan semua hal lain yang menyatakan keberadaan kita di situs jejaring sosial. Semoga saya, kamu, dan circle kita, bisa lebih bijak lagi untuk mengontrol ini. Semoga saya, kamu, dan circle kita, bisa punya ruang lebih untuk berinteraksi secara langsung. Bisa main air bareng, bisa minum cokelat tanpa terdistract sama handphone, atau bisa hunting foto dengan ragam ekspresi bareng. Yang saya pahami, kita berhak bahagia secara nyata. Bukan sekedar tulisan “wkwkwkwkw” dengan ekspresi datar. Hehehehe :))))

Terakhir, perkara lembur kerja. Untuk yang satu ini, saya ga berhak memberi barang satu atau dua saran. Kecuali sebuah pesan; jaga kesehatan. Gaji kamu yang tinggi, gak akan berarti apa-apa kalau akhirnya dia harus lari. Berpindah ke bahan-bahan kimia yang mencekoki tubuh kita untuk mencoba pulih.

--

Sok tahu saya, kita kerja bukan semata-mata buat upah.

Ayah, ibu, sama abang saya, ga nanya gaji saya berapa. Yang mereka mau tau, saya enak makannya, saya cukup istirahatnya, saya bisa jalan-jalan, saya ga lupa sholat sama ngajinya. “Yang penting Na senang”, kata mereka.


Jadi, cukupkanlah menjadikan gaji sebagai bahan olok-olok, candaan, atau instrumen dalam @meninggikan orang lain. Ada kok, guru honorer di sekolah Ibu yang gajinya 300.000 perbulan, sudah berkeluarga, dan mereka sepenglihatan kami bahagia-bahagia saja. Sebaliknya, ada juga kok, dia yang bergaji dua digit di depan setiap bulannya, tapi tampak selalu serba kurang. :)


Cheers!

Salah satu foto saya di Line, pada 11/10/15.

Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment

Please leave your comment here :