Tahun lalu mungkin saya ga pernah membayangkan untuk mengunjungi Kota Daeng. Selain karena bukan merupakan tujuan wisata pada umumnya, provinsi ini juga terbilang bagian Timur-nya Indonesia. Ditambah lagi, saya ga punya kepentingan pekerjaan disitu. Mau ngapain?
Tapi adalah Dia, Pemlilik skenario tak tertebak. Berkat sebuah iseng ikutan lomba Instagram, saya mengantongi dua tiket gratis ke Makassar. Adalah iPeh yang terpilih menjadi peran figuran (HAHAHA!), alias pendamping waktu itu. Oh ya terimakasih banyak buat Indonesia Flight untuk tiket gratisnya. Maafin kita yang gak mau rugi, jadi pilih penerbangan termahal di jam terbaik, hehehe.
Sebelumnya, ini adalah Budget on Travel 1 orang selama perjalanan :
Tiket Pesawat dan Hotel
- Jakarta - Makassar : Rp. 1.378.000 = Rp. 0 (Tiket Gratis)
- Makassar - Jakarta : Rp. 1.264.000 = Rp. 0 (Tiket Gratis)
- Hotel Losari (dua malam) : Rp. 420.000/2 = Rp. 210.000/orang
Transportasi (kurang lebihnya ya)
- Damri Bandara - Kota = Rp. 30.000
- Taksi selama di Makassar = Rp. 125.000
- Becak, Gojek selama di Makassar = +/ 100.000
- Angkutan ke Pulau XX = Rp.30.000
- Angkot ke Rammang-Rammang PP = Rp. 35.000
- Angkutan ke Pulau XX = Rp.30.000
- Angkot ke Rammang-Rammang PP = Rp. 35.000
- Ojek di Rammang-Rammang PP = Rp.40.000
- Perahu Rammang-Rammang (1 Perahu 200.000) = Rp.100.000
Gaya Hidup
- Kulineran (makan, ngopi, nyemil, icip-icip) = Rp. 400.000
- Oleh-Oleh (baju, kain, tas, makanan, dll) = Rp.300.000
Jadi kalau di total-total, habis sekitar Rp. 1.370.000 untuk saya pribadi. Dengan asumsi tiket pesawat gratis, dan di luar ongkos taksi dari rumah masing-masing ke Bandara Soetta PP.
20 Mei 2016
Berikut itinerary singkatnya :
Berangkat Subuh dari kosan -
Pesawat pukul 07.15-10.45 - Bandara Hasanuddin - Damri ke kota Makassar -
Sambung taksi ke Losari Hotel (check in) - Wisata Kuliner 1 - Fort Rotterdam -
Wisata Kuliner 2 - Pantai Losari - Wisata Kuliner 3 - Balik ke Hotel
(bersih-bersih) - Dijemput Ucup - Wisata Kuliner 4 - Pindah Tempat – Wisata
Kuliner 5.
Wisata Kuliner? (zoom in zoom
out). IYA. Sehari 5 kali makan.Yaitu :
1. Coto Makassar di Coto Nusantara
2. Mie Titi di seberang Pantai
Losari
3. Pisang Epe di Las Vegas,
Anjungan Losari
4. Palbas Serigala
5. Es pisang Ijo, Kelapa Muda, dll
di Kampung Popsa
Dari Pantai Losari kami menikmati
suguhan senja yang romantis. Magis. Dan bersahabat kepada semua orang. Hingga
berakhir di Kampung Popsa bareng Ucup dan teman-temannya.
21 Mei 2016
Gagal ke Samalona.
Hari kedua
lumayan failed dari rencana yang sudah disusun. Awalnya, kami berencana ke
Pulau Samalona, yang berdasarkan gambar yang saya lihat sih bagus banget.
Jadilah pagi-pagi kami sudah siap di area Pantai Losari yang menurut informasi adalah tempat penyeberangan untuk ke pulau-pulau.
Pulau Samalona dari Gambar Instagram orang |
Jadilah pagi-pagi kami sudah siap di area Pantai Losari yang menurut informasi adalah tempat penyeberangan untuk ke pulau-pulau.
Saya cuma
berdua Ipeh, tadinya kami berekspektasi bahwa kami bisa gabung dengan rombongan
lain untuk ke Samalona atau Kodingareng Keke. Tapi nyatanya, untuk menuju pulau
tersebut, harus carter satu perahu. Apalah, kami cuma berdua. Menyewa satu
perahu berdua, nampak bukan jadi pilihan yang baik waktu itu. Sayang duit juga
sih. Karena satu perahunya untuk ke Samalona berkisar di Rp. 500.000. Kalau
untuk ke Kodingareng Keke lebih mahal lagi, tambah sekitar 100-300.
Di bawah
tugu, membelakangi laut, kami duduk mikirin rencana selanjutnya. Makin terik di
Losari, saya dan Ipeh makin kehabisan akal. Hari ini itinnya akan kemana,
gimana, dan naik apa.
Berbekal
keyword yang itu-itu saja di Google, akhirnya kami bulat menentukan akan kemana
hari itu, dan bahkan merombak itin hingga esok harinya. YEAY! Here we go!
Adalah Pulau
Lae-Lae di seberang Losari yang akhirnya kami pilih untuk didatangi hari ini.
Psst, tapi berangkatnya sore aja, sambil menikmati sunset.
Maka
itineraty yang kami susun adalah sebagai berikut :
- Kuliner Sop Karebosi dan Iga Bakar
- Belanja Oleh-Oleh
- Tidur siang di Hotel (iya ini bagian dari itin -_-)
- Ke Pelabuhan menuju Pulau Lae-Lae
- Menghabiskan sore di Lae-Lae.
- Dan ditutup dengan Kuliner-an lagi.
Berikut adalah beberapa dokumentasi kami di Pulau Lae-Lae :
Selamat Datang, |
Memotret sang figuran |
Entah keberadaan alat ini untuk apa. Tapi saya rasa, akan menimbun lautan. |
Digulung mendung |
Setelah
seharian main ini-itu, kesana dan kemari, menyadari oleh-oleh juga sudah
penuh, akhirnya datanglah rekomendasi dari si Fachril Jeddawi di malam hari. “Besok
wajib ke Taman Bunga lo Na, ke Akkarena. Subuh-subuh udah harus disana, liat sunrise!”, kurang
lebih begitu salah satu petuah kak Eril ini.
Dengan
semangat 47, saya kasih tau ke Ipeh rencana ini. Bahwa ada satu tambahan yang
harus dimasukkan ke list kunjungan di hari ketiga. “Peh, kita harus setel alarm
jam 4. Besok ga usah mandi, cuci muka aja, solat Subuh, langsung pesan gojek.”,
begitu kurang lebih kata saya.
Minggu, 22 Mei 2016
Pagi-pagi
buta ba’da Shubuh, pesanan gojek urung kita lakukan. Karena susah menemukan gojek di Subuh buta,
dan masuk angin juga kali ya ke pantai Subuh-Subuh naik motor. Walhasil, kita lari-lari keluar hotel, cari
taksi menuju pantai Akkarena
Boro-boro
ada matahari, itu masih gulita. Jadi sesampainya wilayah Akkarena –yang kata
Eril spot sunrise itu- terlihatlah pagar dan gerbang yang tertutup. Taksi gabisa masuk. Jadilah saya dan Ipeh
turun disitu, dan melakukan aksi terobos gerbang, alias manjat-manjat dikit.
Sepi…..
Hening……
Saya sama
Ipeh mempercepat langkah. Mendekati pantai. Makin dekat. Makin dekat. Ada sinar
pantulan di sudut pantai.
Tapi kok….
BULAN?
Saya tungguin sampai agak terangan dikit.. |
Boro-boro lihat matahari terbit. Yang kami lihat adalah kenyataan : bahwa AKKARENA ADALAH SPOT SUNSET. Dan kita datang SUBUH-SUBUH. Menghadap pantai, dan matahari terbitnya dari bukit yang berlawanan, alias ga bakal kelihatan. BYE RIL.
Kami jadi
wisatawan pertama yang datang ke tempat ini. IYALAH SUBUH. Hahahaha. Tapi
gapapa, ada hikmahnya.
Di Akkarena
yang sepi itu, saya menghirup udara yang damai sekali. Desir ombak yang landai,
kicau burung, hingga bulan yang terbenam.
Setelah puas
dengan Akkarena, naik taksi kembali, tapi kami turun di Anjungan Pantai Losari.
Bergabung bersama puluhan ribu warga Makassar yang menyemut di pusat kota itu.
Minggu pagi, waktu Car Free Day buat mereka. Mulai dari warga yang senam,
sales-sales menjajakan produk, hingga kumpulan komunitas yang meregang Minggu
di pagi itu.
Saya dan
Ipeh memilih melipir ke KFC, junkfood
andalan semilyar umat.
Oh ya, hotel
kami itu bisa ditempuh dengan jalan kaki dari Pantai Losari! Jadi buat kalian
yang mampir ke Makassar, saya ga ragu untuk merekomendasikan Losari Metro Hotel
ke kamu semua :)
Harganya enak di kantong kok. Cuma 250-an semalamnya.
Beres
sarapan dan sampai di Hotel, kami langsung
bersih-bersih dan final packing. Pukul 10.00 kami sudah berencana untuk
check-out dan melanjutkan perjalanan selanjutnya; dengan tas dan koper dititip
ke receptionist.
Kemana kami?
Ke Raos! Ke Rammang-Rammang, yang adalah karst terbesar kedua di dunia.
Cerita dan foto-fotonya? Nanti aja deh! :))
Demikian kisah perjalanan saya ke Makassar. Saya gabisa terlalu banyak untuk upload foto disini. Karena untuk foto dan nyawanya akan saya unggah di Steller. Ditunggu ya! :))
--
14 Agustus 2016.
Dari Resto Junkfood lainnya, A&W
Pamulang Square
Cerita dan foto-fotonya? Nanti aja deh! :))
Demikian kisah perjalanan saya ke Makassar. Saya gabisa terlalu banyak untuk upload foto disini. Karena untuk foto dan nyawanya akan saya unggah di Steller. Ditunggu ya! :))
--
14 Agustus 2016.
Dari Resto Junkfood lainnya, A&W
Pamulang Square
0 comments:
Post a Comment
Please leave your comment here :