Adalah kotak kecil yang menampung segala. Gunting, batre, kepingan CD, kertas, lakban, pin, stabilo, bolpoint, ID card, modem, kunci, kuas, foto, charger, paspor, ikat rambut, notes, isi straples, semuanya gue temuin di kotak kecil itu.
Adalah kotak yang refleks gue buka saat menaruh atau mencari sesuatu. Kotak yang juga refleks gue tutup saat sesuatu itu ditemukan, atau enggak sekalipun.
Adalah sebuah ruang yang meski bisa menyimpan segala, juga punya kapasitas. Sering, ada keharusan untuk membongkarnya, mengeliminasi yang tak penting, lalu menempatkan yang baru.
Dan itu adalah kotak pemberian dari seorang bapak kost di setiap kamar kami.
Dan adalah Dia yang juga menganugerahi laci di salah satu sudut raga tiap orang. Andai gue bisa melakukan hal yang sama untuk laci pemberian si Bapak dan laci pemberian-Nya.
Ada banyak hal yang gue taruh, simpan, dan ga ada yang gue ambil. Ga ada yang gue ganti, buang, lalu nempatin yang baru. Penuh. Dan mereka hanya tau itu. Cuma itu. Lalu berbondong-bondong menghardik si empunya laci, dan meminta mengeluarkan segala isinya. Andai mereka tau, pawai yang baru saja mereka gelar, kembali gue masukin ke laci.
Selamat. Bukan berkurang, jutsru makin penuhlah lacinya. Selamat.
Ada banyak hal yang gue taruh, simpan, dan ga ada yang gue ambil. Ga ada yang gue ganti, buang, lalu nempatin yang baru. Penuh. Dan mereka hanya tau itu. Cuma itu. Lalu berbondong-bondong menghardik si empunya laci, dan meminta mengeluarkan segala isinya. Andai mereka tau, pawai yang baru saja mereka gelar, kembali gue masukin ke laci.
Selamat. Bukan berkurang, jutsru makin penuhlah lacinya. Selamat.
ratna..ratna..
ReplyDelete